Dapatkan Berita / Blog Terbaru Yang Anda Mungkin Anda Butuhkan
JAKARTA, KOMPAS.com - Usaha Kecil dan Menengah ( UKM) di Indonesia memandang investasi teknologi sebagai salah satu prioritas utama tahun ini dalam meningkatkan daya saing bisnis.
Hal tersebut dipaparkan dalam hasil studi ASEAN SMEs: Are you transforming for the future. Studi tersebut dilakukan United Overseas Bank (UOB), EY, dan Dun and Bradstreet.
Dalam studi tersebut ditemukan bahwa hampir satu dari dua atau 48 persen UKM Indonesia menyadari pentingnya berinvestasi di bidang teknologi untuk mendorong kinerja bisnis.
Selain itu, 58 persen UKM Indonesia yang disurvei mengatakan bahwa mereka lebih memiliih mengelola biaya dengan meningkatkan produktivitas. Sementara 15 persen UKM Indonesia yang disurvei memilih mengurangi gaji karyawannya.
Peningkatan produktivitas tersebut bisa dilakukan dengan pelatihan karyawan, otomatisasi, penggunaan teknologi yang lebih canggih, dan penyederhanaan proses bisnis.
”UKM Indonesia menganggap penting investasi dalam hal teknologi dan menggunakannya sebagai sarana untuk meningkatkan produktivitas," kata Country Head Business Banking PT Bank UOB Indonesia Paul Kan, dalam keterangan tertulis, Kamis (11/10/2018).
Menurut Paul, efisiensi biaya yang lebih baik dari penggunaan teknologi akan mendorong pertumbuhan bisnis. Dalam hal ini, UOB Indonesia berkomitmen untuk membantu UKM dalam mengembangkan bisnis mereka. Oleh karena itu, mereka fokus memberikan solusi yang tepat kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan bisnis, mengatasi tantangan, dan memperdalam kemampuan mereka.
Sebagai contoh, UOB Indonesia didukung Bisnis Internet Banking Plus (BIBPlus) yang dapat membuat nasabah mengelola kebutuhan perbankan mereka dan melakukan transaksi secara online dengan menggunakan perangkat mobile. "Kenyamanan menggunakan UOB BIBPlus membantu nasabah mengurangi waktu dan lebih efisiien dalam mengelola bisnis mereka," kata Paul.
Pandangan pertumbuhan yang optimistis
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara kedua dari enam negara yang disurvei yang memiliki pandangan optimis akan adanya pertumbuhan pendapatan di tahun 2018. Sebanyak 63 persen UKM memandang bahwa pertumbuhan pendapatan akan tetap terjadi di tahun ini meski dihimpit tantangan ekonomi global, seperti meningkatnya biaya dan lambatnya produktivitas.
Sementara UKM Vietnam adalah yang paling optimis akan adanya pertumbuhan pendapatan tahun ini, yakni sebanyak 67 persen responden.
Direktur dari Dun and Bradstreet Indonesia Krisantus Veni Calix, mengatakan, optimisme datang dari lingkungan bisnis yang semakin kondusif.
“UKM diharapkan memperoleh efisiensi lebih lanjut dari 16 paket reformasi ekonomi pemerintah yang telah dilaksanakan dan buat peraturan untuk mendorong inovasi, seperti `Program Start-up Incubator`," kata Calix.
Di samping itu, pemerintah telah menyediakan UKM Indonesia proses aplikasi perizinan bisnis yang lebih efisien, insentif pajak, akses yang lebih luas ke kredit, rantai pasokan global, serta peluang pertumbuhan bisnis yang lebih besar. Konsumsi swasta Indonesia yang stabil dan penurunan jumlah kebangkrutan pun diharapkan dapat menstabilkan lingkungan kredit.
Sebagai tulang punggung ekonomi nasional yang menyumbang lebih dari 50 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, UKM telah menjadi salah satu sektor paling strategis.
Studi ASEAN SME: Are we transforming the future? dilakukan pada akhir 2017 terhadap lebih dari 1.200 UKM di enam negara ASEAN terbesar yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Tujuan studi tersebut untuk memahami bagaimana UKM ASEAN memposisikan diri untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan kawasan dan untuk beradaptasi dengan perubahan di depan mata.